Tuesday, April 3, 2007

Nostalgia dari Montevideo

Yang tersayang Adna dan Ilham,

Kota Montevideo adalah ibukota negara Uruguay dengan jumlah penduduk sekitar 1,8 juta orang. Seperti yang bude ceritakan sebelumnya, bude Ocie dan oom Andre tiba di kota ini dengan Buquebus dari Buenos Aires, melewati Rio de la Plata. Kota ini mempunyai pelabuhan yang termasuk salah satu pelabuhan terpenting di Amerika. Seperti Jakarta, kota ini juga berbatasan dengan laut dan mempunyai pantai-pantai yang indah. Perbedaannya dengan Jakarta adalah kita bisa menikmati pantai dan pemandangan lautan dengan gratis, tidak perlu bayar dulu seperti kalau kita mau menikmati pantai Ancol. Di sepanjang pantainya dibangun tempat pejalan kaki yang lebar sehingga penduduk Montevideo dapat berjalan-jalan dengan nyaman disana. Dan kalau kita naik mobilpun kita bisa lihat pemandangan lautan yang indah. Pantai-pantai yang ada disana: Pocitos, Buceo, Malvin, Playa de los Ingleses, Playa Verde, Punta Gorda dan Carrasco.

Hotel Klee tempat kami menginap letaknya tidak jauh dari jalan raya utama kota ini yang bernama Jalan 18 de Julio. Dinamakan begitu karena tanggal 18 Juli adalah hari kemerdekaan mereka. Jalan ini dimulai dari Plaza Independencia (atau Plaza Kemerdekaan) yang juga merupakan perbatasan dengan Ciudad Vieja (atau kota lama).

Ciudad Vieja ini adalah bagian kota lama di Montevideo. Dalam beberapa tahun terakhir ini telah terjadi perubahan banyak di sini dan sekarang ini merupakan pusat kehidupan malam, terlihat dari banyaknya cafe, bar dan klub malam. Kota ini sebelumnya dikelilingi oleh dinding tebal untuk pertahanan dari invasi musuh di masa lalu. Sebagai kenang-kenangan akan dinding ini kita bisa lihat gerbang ke Ciudadela yang sekarang menjadi simbol kota ini. Sebagian besar jalanan di Ciudad Vieja ini dikhususkan untuk pejalan kaki. Waktu bude dan oom kesana, masih ada pekerjaan renovasi jalan untuk pejalan kaki ini dan rasanya enak sekali kota lama ini dinikmati sambil berjalan kaki. Mudah-mudahan daerah Kota di Jakarta bisa dibuat seperti ini ya, sehingga peninggalan jaman dulu itu bisa kita nikmati tanpa terganggu lalu lintas mobil disana. Sayang sekali kan kalau semua itu dihancurkan? Waktu bude tanyakan, rupanya keputusan jalanan di Ciudad Vieja ini untuk pejalan kaki dimulai di tahun 1992 khusus jalan utamanya, Sarandi, dan kemudian tahun 2005 diperluas sampai ke Plaza Matriz.

Ciudad Vieja ini penuh dengan bangunan-bangunan tua bersejarah yang dirawat dengan baik. Diantaranya Gedung Teatro Solis, Cabildo, beberapa museum termasuk Museum Torres Garcia serta bangunan Cathedral. Namun demikian, pada malam hari area ini sangat meriah karena bar, cafe dan klub-klub mulai didatangi pengunjung, lokal dan asing. Kalau dibandingkan, mungkin bude bisa bilang mirip dengan area

Teatro Solis adalah sebuah bangunan yang mengagumkan. Oom Andre dan bude Ocie ingin sekali nonton pertunjukan apapun yang mereka adakan pada saat kami disana. Suatu kali kami kesana dan ternyata mereka punya pertunjukan milonga malam itu tapi mereka sudah tidak jual tiketnya lagi. Oom Andre pake jurus kewartawanannya serta bilang kalau bude datang jauh-jauh dari Indonesia dan belum pernah lihat tarian dan musik milonga dan sebagai orang Amerika Latin yang bangga akan kebudayaannya, akhirnya kami berhasil mendapatkan dua tiket gratis! Tentu saja pertunjukannya sangat mengagumkan. Musiknya indah dan tarian-tariannya sangat mempesona. Apalagi dipertunjukkan di teater ini. Tidak sembarangan artis bisa buat pertunjukan disini, hanya yang terbaik saja. Walaupun usia gedung teater ini sudah hampir mencapai 150 tahun, tapi masih sangat indah dan mereka baru saja merenovasinya sehingga sekarang didalamnya jadi sangat modern dan sudah dilengkapi dengan elevator. Sewaktu pertunjukan selesai dan kami berdua turun tangga yang berkarpet maroon tebal, rasanya seperti di filem-filem lama sewaktu bintang filemnya pulang dari menonton opera!

Salah satu bangunan favoritnya oom Andre dan oom Agustin di Montevideo adalah Palacio Salvo yang terletak di pojokan Avenue 18 de Julio dan Plaza Independencia. Bangunan tua ini kelihatannya serem deh, tapi memang yang begitu yang disukai oom-oom itu. Didesain oleh arsitek Mario Palanti, gedung ini selesai pada tahun 1925. Pada saat itu, gedung ini adalah gedung yang tertinggi di Amerika Selatan (100 meter). Dulunya gedung ini dimaksudkan untuk jadi sebuah hotel tapi kelihatannya tidak sukses dan sekarang jadi kantor-kantor saja. Kami kesana bertiga untuk minum kopi. Oom Andre dan oom Agustin sangat senang duduk-duduk di dekat jendela kafe dengan pemandangan Plaza Independencia dengan gerbang masuk ke Ciudadela.

Kegiatan kami berdua di Montevideo ini cukup padat dan semuanya berhubungan dengan film dokumenter kita yang diputar di Festival Musim Dingin (Festival de Invierno) mereka. Jadi dalam beberapa hari kami disana, selain pemutaran filmnya yang dilanjutkan dengan diskusi, juga ada interview dengan beberapa media cetak (koran, majalah), radio dan televisi, serta beberapa pemutaran film di universitas dan sekolah film. Tapi dengan demikian, kami berjumpa dengan banyak teman baru disana dan bisa melihat kota Montevideo di berbagai sudutnya. Selain itu, kami juga mengunjungi teman-teman aktivis, dari yang masih muda (Hijos – yang artinya anak-anak, dari mereka yang hilang ataupun tewas semasa kediktatoran militer), sampai yang sudah setua eyang kakung (Madres – yang artinya ibu-ibu, walaupun ada juga bapak-bapaknya).

Yang mengesankan dari aktivis-aktivis ini adalah betapa berdedikasinya mereka untuk mengangkat masalah pelanggaran hak-hak asasi manusia, termasuk di masa lalu. Kalau dibandingkan dengan yang terjadi di negara kita, korban di Uruguay termasuk sedikit, tapi mereka terus mengangkat isu ini sehingga diharapkan tidak akan terjadi lagi. Di negara kita, pelanggaran yang terjadi di masa lalu walaupun korbannya ratusan ribu bahkan jutaan orang, cenderung dilupakan atau sengaja ditutupi dan menyalahkan pihak lain. Mas Adna dan adek Ilham harus belajar sejarah yang benar ya, jangan hanya dari buku pelajaran yang diberikan di sekolah, tapi harus tanya sama ayah, bunda, eyang-eyang, bude dan pakde.

Baiklah, ini cerita pengantar dari Montevideo untuk mas dan adek ya.

Peluk cium,
Bude Ocie