Tuesday, January 20, 2009

Jalan-jalan Ke Hutan Bakau di Bali

Yang tersayang mas Adna dan adek Ilham,

Apakah mas dan adek tau tentang hutan bakau? Bahasa kerennya sih Hutan Mangrove. Hutan bakau adalah hutan yang tumbuh di atas rawa-rawa berair payau yang terletak pada garis pantai dan dipengaruhi oleh pasang-surut air laut. Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik. Baik di teluk-teluk yang terlindung dari gempuran ombak, maupun di sekitar muara sungai di mana air melambat dan mengendapkan lumpur yang dibawanya dari hulu. (Ini penjelasan dari Wikipedia)

Nah tadi siang bude Ocie dan oom Andre jalan-jalan ke hutan bakau di Bali yang letaknya tidak jauh dari persimpangan lima yang ada patung Dewa Ruci-nya. Untuk masuk ke kawasan hutan bakau ini, karena oom Andre orang asing, jadi harus bayar Rp. 50,000. Bude sih tidak usah bayar, tapi tidak tau juga apakah karena bude disangka orang Bali yang antar turis atau karena orang Indonesia tidak usah bayar. Mudah-mudahan sih karena orang Indonesia tidak usah bayar ya.

Hutan bakau yang kami kunjungi sudah dilengkapi dengan tempat berjalan kaki dari kayu yang panjangnya mencapai beberapa kilometer. Kalau pergi sampai di ujung dan balik, maka kita bisa jalan sekitar 4 km. Lumayan kan? Areal ini sudah bisa kita nikmati karena mendapat bantuan dana dan keahlian dari Jepang. Sebetulnya tempatnya enak untuk jalan-jalan dan juga bisa untuk belajar anak-anak karena hutan bakau itu menurut bude indah. Bisa belajar tanaman apa saja yang bisa hidup di hutan bakau. Juga binatang2 apa saja yang ada disana. Di Bali ini bahkan ada tempat perlintasan biawak sehingga kalau kita bawa mobil untuk sampai di pintu masuknya, maka kita harus berhati-hati agar tidak melindas biawaknya.

Sebetulnya Jakarta juga punya hutan bakau, tapi setau bude sih sudah banyak yang rusak dan dijadikan perumahan. Sayang sekali ya, padahal hutan bakau itu ampuh untuk menahan erosi dari gelombang laut. Oom Andre pernah lihat ada papan yang mengatakan ada konservasi hutan bakau di Jakarta tapi sampai sekarang bude belum tahu tempatnya dimana.

Kalau saja tempatnya seperti yang di Bali, nanti kapan2 kita jalan-jalan kesana ya?

Sayangnya hutan bakau di Bali ini kotor sekali. Banyak sampah-sampah yang tidak dibersihkan oleh petugas disana. Padahal kalau saja hutan ini bersih maka bisa dijadikan obyek wisata yang cukup dinikmati wisatawan lho.

Salah satu hutan bakau yang terluas yang sudah pernah didatangi oleh oom Andre terletak di Cairns, Australia. Bude sih belum pernah kesana, tapi kata oom Andre, hutan bakaunya luas dan indah sekali. Terutama sih hutan bakau disana bersih sekali, tidak ada sepotong sampahpun. Kapan ya hutan bakau di Indonesia bisa seperti itu? Harus mulai dari diri kita sendiri ya, jangan buang sampah sembarangan!

Oh ya, salah satu hutan bakau yang indah yang pernah bude Ocie dan oom Andre datangi adalah hutan bakau di Brunei Darussalam. Kita bisa melihatnya kalau kita naik kapal cepat menyusuri pantai-pantainya.

Mas Adna dan adek Ilham coba cari tahu apa itu hutan bakau ya? Nanti kapan2 lihat photo2 bude di hutan bakau di Brunei atau di Bali.

Cium sayang,
Bude Ocie

Kembali Ke Tanah Lot

Yang tersayang mas Adna dan adek Ilham,

Masih ingat kan tempat bude Ocie dan oom Andre tinggal di Bali beberapa tahun belakangan ini? Kami tinggal di salah satu apartemen yang berada di lokasi hotel Le Meridien yang letaknya di daerah Tanah Lot, Tabanan, Bali.

Dulu bude Ocie dan oom Andre sempat tinggal beberapa bulan disana untuk menyelesaikan buku perbincangan kami dengan bung Pramoedya Ananta Toer yang berjudul: Saya Terbakar Amarah Sendirian! Pasti kalian sudah pernah lihat bukunya dibaca Bunda dan Ayah kan? Mungkin nanti kalau kalian sudah lebih besar bisa baca buku itu dan merasakan betapa perjuangan bung Pramoedya untuk Indonesia. Dan selama beberapa tahun belakangan ini kami selalu usahakan untuk tinggal disana paling tidak sebulan atau dua bulan dalam setahun.

Jadi biar bagaimana tempat di Tanah Lot ini punya kenangan buat bude Ocie dan oom Andre.

Salah satu fasilitas yang membuat kami selalu balik kesana adalah kolam2 renang yang ada di hotel yang dilengkapi dengan beberapa 'slide' atau perosotan, air terjun, dan whirlpool. Seperti yang bude ceritakan, oom Andre suka sekali main perosotan ini. Dalam sehari dia bisa bolak-balik main mungkin lebih dari sepuluh kali. Dan setiap kali bude harus liat pas dia nyemplung ke air, hehehe.... Kalau mas Adna dan adek Ilham kesini pasti seneng deh main perosotan disana, soalnya cukup tinggi dan asik gitu. Tentu saja bude sih males main begituan dan cuman liat aja kalo oom Andre main. Mendingan berenang sepuluh kali bolak-balik.

Fasilitas lain di hotel yang juga sangat kami sukai adalah gazebo atau bale bengong yang letaknya menghadap ke laut dan ke Pura Tanah Lot. Waaahhhh, ini tempat yang paling strategis untuk nungguin sunset (matahari terbenam). Indaaaaahhhh sekali deh kalau cuaca bagus. Biasanya di bale bengong ini bude Ocie dan oom Andre ngobrol, baca buku, yoga dan nikmati sunset.

Tadi sore setelah capek nulis, kami berangkat ke Tanah Lot untuk berenang, sayang slidenya sudah ditutup, dan nikmati udara segar dari laut sambil lihat sunset. Setelah mandi, kami juga teruskan ngobrol di bale bengong sampai tidak terasa kami sudah dua jam disana dan sudah terasa lapar.

Sewaktu pulang, kami sempatkan mampir ke lokasi apartemen tempat kami tinggal dulu. Waaaahhh, kok sama seperti di hotelnya, sepiiiii sekali dan kelihatannya sedikit sekali yang tinggal disana. Kok jadinya ngeri gitu ya? Kenapa bude bilang ngeri? Karena di lokasi itu hanya ada kurang lebih 20 apartemen dan letaknya di tengah-tengah lapangan golf. Jadi tidak ada tetangga yang lain. Hotel letaknya 1 km dari apartemen dan untuk keluar kompleks jaraknya 2 km. Cukup jauh kan? Bude dan oom kok tidak merasa nyaman lagi disana ya?

Selain itu, sewaktu bude pertama kali tinggal disana, harga sewa apartemen satu kamar tidur disana sebesar USD 750 per bulan. Tahun lalu kami membayar USD 900. Dan ternyata sekarang sewa apartemen itu melonjak jadi USD 2,500!!! Bayangkan, naik berapa kali tuh? Kami berfikir mengapa mereka bisa menaikkan harga sewa sampai beberapa kali lipat. Dan ternyata sekarang tidak ada yang tinggal disana. Ya, tentu saja kalau harus bayar segitu orang juga pikir2 dulu lah. Itu kan uang yang sangat banyak! Rupanya keluarga Bakrie sebagai pemilik resort dan lapangan golf ini memang tidak ingin ada orang yang menyewa tempatnya disana. Tidak tahu akan jadi apa apartemen2 yang ada disana nantinya. Mungkin hanya akan jadi tempat berlibur keluarga mereka? Yah, bude juga tidak tahu pasti.

Cium sayang,
Bude Ocie

Cerita Dari Pantai Sanur

Yang tersayang mas Adna dan adek Ilham,

Selama di Bali ini bude Ocie dan oom Andre sempatkan untuk berjalan kaki di pantai Sanur. Kemarin kami jalan sekitar 45 menit dan tadi pagi kami jalan lebih dari sejam. Cukup untuk olahraga pemanasan pagi-pagi.

Sepanjang pantai Sanur sekarang ini sudah ada tempat pejalan kaki yang mencapai beberapa kilometer. Di beberapa tempat masih dalam proses pengerjaan, tapi kita sudah bisa berjalan kaki di sebagian besar pantainya. Pantai Sanur ini seperti pantai lainnya di Bali terbuka untuk umum. Namun karena hampir sebagian besar areal ini sudah menjadi areal hotel dan tempat2 komersial lain, maka sebagian besar pantai Sanur sudah tertutup oleh hotel2 ini. Ada beberapa pintu masuk ke areal pantai yang bisa digunakan oleh publik yang tidak tinggal di hotel2 di sana. Kita bisa parkir mobil di tempat parkir umum yang disediakan pemerintah daerah dan tidak perlu bayar sepeserpun. Pintu-pintu masuk publik ini mudah sekali dicapai. Banyak petunjuk-petunjuk di jalanan.

Enak ya, orang Bali bisa menikmati pantai2 mereka dengan gratis?

Bayangkan kota kita Jakarta. Walaupun kota kita terletak di pinggir pantai tapi kita tidak bisa melihat pantainya dan akses untuk masuk ke pantai juga sudah tertutup oleh perumahan atau kita harus masuk melalui Ancol. Mas Adna dan adek Ilham kan sudah pernah ke Ancol, disana kita harus bayar tiket masuk ke areal Ancol saja sebesar Rp. 10,000 per orang ditambah dengan tiket untuk mobil kalau kita bawa mobil. Sebelum sempat berjalan-jalan di pantai Ancol saja kita sudah harus bayar mahal.

Bude Ocie dan oom Andre pernah coba ke salah satu pantai yang bukan di Ancol, tapi bude lupa namanya. Selain jauh, tidak ada petunjuk arah dan disana kita harus bayar masuk areal parkirnya. Dan kalau pas kita kesana hari libur, waaaahhhh ribuan orang datang kesana. Dan kalau ribuan orang ada disana, mereka sudah pasti banyak buang sampah sembarangan, sehingga kita jadi malas untuk berjalan-jalan di pantai itu.

Tapi di Sanur, seperti juga di pantai-pantai lain di Bali (bisa Kuta, Legian, Seminyak, Petitenget, Gianyar, Jimbaran dll), kita bisa mengakses pantainya tanpa membayar apapun. Enaknya di pantai Sanur adalah tidak banyak orang yang kesana karena kelihatannya orang masih lebih suka ke Kuta atau Legian). Jadi kalau kita hanya mau berenang dan jalan2 di pantai, bude sarankan untuk coba pantai Sanur.

Enaknya lagi, karena banyak hotel2 disepanjang pantai ini, maka dari pantai kita bisa pilih mau makan di hotel yang mana, karena banyak pilihan, dari mulai restoran yang mahal sampai tukang jual bakso pikulan.

Disana juga ada beberapa toko yang jual baju2 bali, baju berenang, atau suvenir yang lain, jadi kalau memang malas berenang bisa juga sedikit belanja.

Atau mas Adna dan adek Ilham mau di-tattoo? hehehe.... bukan tattoo beneran, yang sementara aja. Bundamu juga bisa dapatkan jasa manicure dan pasang cat kuku yang artistik, tapi hati2 dalam menawar dan jangan mau ditipu. Harus jelas apa yang ditawarkan (misalnya cat semua kuku tangan dan kaki seharga 50-100 ribu). Pastikan bahwa itu untuk semua kuku. Karena pernah teman oom Andre, istrinya oom David yang bernama tante Keiko, ditipu di Kuta dan bilang kalau satu kuku harganya 50 ribu, jadi kalau semua kuku tangan jadi 500 ribu!!!

Tapi disamping semua itu, rasanya enak sekali deh jalan-jalan di pantai Sanur. Tempat pejalan kakinya di-paving dengan baik dan rupanya proyek ini dikerjakan dengan bantuan dana dan keahlian dari Jepang.

Coba hal itu bisa dilakukan untuk sepanjang pantai di Jakarta ya? Tapi yang jelas kalau di pantai Jakarta harus ada proyek pembersihan pantai dan laut sekitar Jakarta dulu. Kalau tidak dibersihkan, mana mau ya kita kesana?

Cium sayang,
Bude Ocie