Tuesday, January 20, 2009

Kembali Ke Tanah Lot

Yang tersayang mas Adna dan adek Ilham,

Masih ingat kan tempat bude Ocie dan oom Andre tinggal di Bali beberapa tahun belakangan ini? Kami tinggal di salah satu apartemen yang berada di lokasi hotel Le Meridien yang letaknya di daerah Tanah Lot, Tabanan, Bali.

Dulu bude Ocie dan oom Andre sempat tinggal beberapa bulan disana untuk menyelesaikan buku perbincangan kami dengan bung Pramoedya Ananta Toer yang berjudul: Saya Terbakar Amarah Sendirian! Pasti kalian sudah pernah lihat bukunya dibaca Bunda dan Ayah kan? Mungkin nanti kalau kalian sudah lebih besar bisa baca buku itu dan merasakan betapa perjuangan bung Pramoedya untuk Indonesia. Dan selama beberapa tahun belakangan ini kami selalu usahakan untuk tinggal disana paling tidak sebulan atau dua bulan dalam setahun.

Jadi biar bagaimana tempat di Tanah Lot ini punya kenangan buat bude Ocie dan oom Andre.

Salah satu fasilitas yang membuat kami selalu balik kesana adalah kolam2 renang yang ada di hotel yang dilengkapi dengan beberapa 'slide' atau perosotan, air terjun, dan whirlpool. Seperti yang bude ceritakan, oom Andre suka sekali main perosotan ini. Dalam sehari dia bisa bolak-balik main mungkin lebih dari sepuluh kali. Dan setiap kali bude harus liat pas dia nyemplung ke air, hehehe.... Kalau mas Adna dan adek Ilham kesini pasti seneng deh main perosotan disana, soalnya cukup tinggi dan asik gitu. Tentu saja bude sih males main begituan dan cuman liat aja kalo oom Andre main. Mendingan berenang sepuluh kali bolak-balik.

Fasilitas lain di hotel yang juga sangat kami sukai adalah gazebo atau bale bengong yang letaknya menghadap ke laut dan ke Pura Tanah Lot. Waaahhhh, ini tempat yang paling strategis untuk nungguin sunset (matahari terbenam). Indaaaaahhhh sekali deh kalau cuaca bagus. Biasanya di bale bengong ini bude Ocie dan oom Andre ngobrol, baca buku, yoga dan nikmati sunset.

Tadi sore setelah capek nulis, kami berangkat ke Tanah Lot untuk berenang, sayang slidenya sudah ditutup, dan nikmati udara segar dari laut sambil lihat sunset. Setelah mandi, kami juga teruskan ngobrol di bale bengong sampai tidak terasa kami sudah dua jam disana dan sudah terasa lapar.

Sewaktu pulang, kami sempatkan mampir ke lokasi apartemen tempat kami tinggal dulu. Waaaahhh, kok sama seperti di hotelnya, sepiiiii sekali dan kelihatannya sedikit sekali yang tinggal disana. Kok jadinya ngeri gitu ya? Kenapa bude bilang ngeri? Karena di lokasi itu hanya ada kurang lebih 20 apartemen dan letaknya di tengah-tengah lapangan golf. Jadi tidak ada tetangga yang lain. Hotel letaknya 1 km dari apartemen dan untuk keluar kompleks jaraknya 2 km. Cukup jauh kan? Bude dan oom kok tidak merasa nyaman lagi disana ya?

Selain itu, sewaktu bude pertama kali tinggal disana, harga sewa apartemen satu kamar tidur disana sebesar USD 750 per bulan. Tahun lalu kami membayar USD 900. Dan ternyata sekarang sewa apartemen itu melonjak jadi USD 2,500!!! Bayangkan, naik berapa kali tuh? Kami berfikir mengapa mereka bisa menaikkan harga sewa sampai beberapa kali lipat. Dan ternyata sekarang tidak ada yang tinggal disana. Ya, tentu saja kalau harus bayar segitu orang juga pikir2 dulu lah. Itu kan uang yang sangat banyak! Rupanya keluarga Bakrie sebagai pemilik resort dan lapangan golf ini memang tidak ingin ada orang yang menyewa tempatnya disana. Tidak tahu akan jadi apa apartemen2 yang ada disana nantinya. Mungkin hanya akan jadi tempat berlibur keluarga mereka? Yah, bude juga tidak tahu pasti.

Cium sayang,
Bude Ocie

2 comments:

Ayumi Galuh said...

Wah harusnya mampir ke Obyek Wisata Tanah Lot tuh. dekat banget kan tempatnya dari hotel.

Visit : http://www.tanahlot.net

CHPStar said...

wah harusnya melihat Combined Heat and Power (CHP). Dahulu dikembangkan oleh Swasta. Lalu oleh BUMN. Tapi tidak optimal. Segera Koperasi Hotel se Bali dan worldwide.