Thursday, March 29, 2007

Cerita dari Buenos Aires

Yang tersayang Adna dan Ilham,

Apa kabar sayang? Bude sudah kangen sekali sama kalian. Katanya mas dan adek sudah bisa mandiri ya kalau mbak Tini nggak ada. Wah hebat dong. Mas Adna sudah bisa jagain rumah dan jagain adeknya ya... Adek juga sudah bisa bantuin mas ya? Hebat deh.

Kali ini bude Ocie ingin cerita tentang perjalanan bude Ocie dan oom Andre ke Argentina. Kami berdua naik pesawatnya orang Argentina, yaitu Aerolineas Argentina, dan lucunya kami sampai di Buenos Aires masih pagi sekali, dan kapten pilotnya kayaknya ngebut deh bawa pesawatnya, sehingga kami tiba di bandara Ezeiza setengah jam lebih cepat dari jadual. Kita semua sudah senang sekali karena dengan demikian kan bisa istirahat lebih cepat, karena kita berangkat dari kota Lima di Peru sudah lewat tengah malam. Eeeehhh ternyata, pada saat kita mendekati loket imigrasi di bandara Ezeiza semua loket kosong, tidak ada petugasnya. Nah lho jadi bagaimana ini, padahal kita kan tidak bisa main masuk aja ke negara orang tanpa pemeriksaan imigrasi. Heran juga ya, padahal kan Argentina sudah biasa kedatangan pesawat pada pagi hari seperti ini. Jadi akhirnya kita menunggu juga, malahan sambil berdiri, selama setengah jam juga sampai petugasnya datang! Payah deh, belum lagi kita harus menunggu selama 1 jam sampai bagasi kita datang.

Buenos Aires adalah ibukota negara Argentina. Letaknya menghadap ke Lautan Atlantik. Ini pertama kalinya bude Ocie melihat lautan ini dari dekat. Yang berada di antara negara Indonesia dengan benua Amerika adalah lautan Pasifik. Tapi yang aneh adalah katanya yang ada diantara kota Buenos Aires and kota Montevideo di Uruguay bukanlah lautan Atlantik, tapi Rio de la Plata, atau Sungai Perak. Warna airnya memang agak coklat tapi bukan karena kotor, tapi karena airnya membawa endapan tanah dari sungai tersebut.

Pada hari pertama ini kami memutuskan untuk langsung jalan-jalan ke Plaza Mayo. Plaza ini sangat terkenal di Argentina, karena selain merupakan plaza utama yang terletak di depan istana Presiden yang disebut Casa Rosada (karena berwarna merah pink), juga karena plaza ini selalu menjadi tempat demonstrasi orang-orang dari berbagai kalangan. Bahkan ada juga yang disebut Madres de la Plaza de Mayo (atau Ibu-ibu dari Plaza Mayo), yaitu ibu-ibu dari orang-orang yang hilang pada masa kediktatoran militer Argentina yang setiap hari Kamis selalu menggelar demonstrasi di plaza ini sambil memajang foto anak-anak mereka yang hilang di dada mereka. Sekarang ini ibu-ibu itu sudah sangat tua, mungkin usianya sudah 80-an tahun, tapi mereka masih tetap bersemangat melakukan demonstrasi. Hebat ya?

Seperti halnya tata letak alun-alun, di salah satu sisi dari plaza Mayo ini juga ada Cathedral de Buenos Aires, dan di sisi lainnya ada Kantor Gubernur. Dengan tidak sengaja, kami melihat ada antrian panjang di kantor gubernur ini, lalu kita tanyakan ada apa. Tidak tahunya ada pergelaran lagu dan tari tango, musik khas dari Argentina. Waktu oom Andre coba tanyakan berapa harga tiketnya, ternyata gratis! Kami berdua langsung diberi 2 tiket gratis. Pertunjukan ini digelar di Salon Dorado di Casa de la Cultura, atau Ruang Dorado di Gedung Kebudayaan. Mereka memang mempunyai program pertunjukan seni dan budaya di kantor gubernuran ini. Pertunjukannya sangat bagus dan buat bude sangat berkesan, karena hari pertama di Buenos Aires dan kita sudah mendapat kehormatan untuk menyaksikan pertunjukan tango dari musisi dan penari-panari profesional. Hari itu yang bermain piano adalah Miguel A. Barcos, dan penyanyi-penyanyinya Blanca Cassataro dan Susana Saladino. Ada pula pertunjukan tari yang sangat indah, khas tango dari Argentina.

Setelah menonton pertunjukan tango itu kami berjalan kaki, dan 100 meter dari Casa Rosada ada sebuah kafe yang sangat terkenal di sana, namanya Cafe Tortini. Kafe ini sudah ada sejak tahun 1900, dan di kafe ini kita juga bisa melihat ’Museo de Tango’, atau museum tango. Kafe ini tidak pernah sepi pengunjung, selalu penuh, dan orang-orang yang datang bisa dari berbagai kalangan. Yang unik adalah pelayan-pelayannya pakai jas resmi dan pakai dasi kupu-kupu. Makanan yang kita pesan enak dan tidak terlalu lama menunggu.

Karena sudah merasa kenyang, maka kami berdua memutuskan untuk berjalan kaki beberapa blok ke jalan yang terlebar di dunia, yaitu Avenida 9 de Julio. Belum pernah bude melihat jalan selebar ini. Satu arah saja, di jalur cepat paling tidak ada 7 jalur, dan di jalur lambat ada 3 jalur. Selain itu, di tengahnya ada taman yang lebar dan asri. Bude kirim postcard buat mas Adna dan adek Ilham dengan photo jalan ini supaya mas dan adek bisa membayangkan bagaimana lebarnya jalan ini. Di tengah jalan ini, ada yang dinamakan Obelisco, atau Obelisk. Suka baca komik Asterix kan? Nah di cerita itu kan juga ada Obelisk. Obelisco adalah sebuah patung yang berbentuk tinggi dan lancip di atas. Ingat tidak dengan patung pensil di dekat rumah eyang di Bandung? Nah hampir seperti itu, tapi bentuknya kerucut, dan tinggi sekali. Obelisco di Buenos Aires ini adalah sebuah monumen. Setiap supir taksi yang tahu kalau kita datang dari jauh selalu berusaha membawa taksinya melewati monumen ini dan dengan bangganya selalu mengatakan bahwa jalan ini adalah jalan terlebar di dunia.

Esoknya bude Ocie dan oom Andre berjalan kaki ke daerah yang termasuk daerah elit, yaitu Belgrano dan Recoletta. Apartemen-apartemen di areal ini bagus-bagus dan bangunannya berupa bangunan tua tapi sangat terawat. Yang mengherankan adalah sewa apartemen di daerah inipun tidak semahal apartemen yang ada di Jakarta. Kata orang Argentina, sewa apartemen di Buenos Aires berkisar USD 150 – 250 per bulan. Bayangkan bedanya dengan yang di Jakarta yang mungkin paling murah saja sudah USD 1,000!! Sayangnya, untuk masuk ke Argentina, bude harus minta visa, dan untuk kali ini bude juga hanya diberi visa untuk 15 hari saja.

Di Recoletta, kami mengunjungi Buenos Aires Design Center. Toko-tokonya asik-asik dan barang-barang yang ada memang barang-barang dengan desain yang khas, bukan hanya barang mahal hasil impor dari luar negeri seperti yang ada di Jakarta Design Center. Yang jelas, barang-barang yang ada disini harganya terjangkau oleh kalangan menengah bawah di Argentina. Kalau saja kami punya apartemen di sini, maka pasti kami akan beli barang-barang unik yang dijual di sini.

Kami meneruskan berjalan kaki ke Museo Nacional de Bellas Artes (National Museum of Fine Arts). Gratis. Koleksi yang dipajang sangat bernilai tinggi, di antaranya masterpieces dari Rembrandt, Monet, Gauguin, Rodin, dan masih banyak lagi. Di depan salah satu lukisan karya Rembrandt, ada tempat duduk dari beton yang sederhana tapi pas sekali dengan ruang pamernya, jadi kami sempat duduk dan menikmati lukisan karya pelukis besar ini selama beberapa waktu.

Jalan-jalan kami hari itu kami tutup dengan pergi makan malam di San Telmo. San Telmo adalah tempat yang ramai dikunjungi orang untuk salah satunya menonton pertunjukan tango dan pada akhir minggu selalu penuh orang, tapi karena ini hari kerja, maka tidak terlalu ramai. Hari itu tidak ada pertunjukan tango disana, jadi mungkin kami harus kembali lagi di akhir pekan untuk menonton pertunjukan tango. Di San Telmo, bangunan-bangunannya juga sudah tua, dan banyak toko yang menjual barang antik. Oom Andre senang sekali mengunjungi toko barang antik seperti yang ada disana, tapi malam itu kami sudah capai sekali, jadi tidak sempat melihat-lihat. Malam itu kami makan di salah satu restoran disana dan bude pesan pasta dengan seafood. Sewaktu makanan datang ternyata pastanya dimasak terlalu lama jadi tidak ’al-dente’ lagi dan seafoodnya kurang segar sehingga oom Andre komplain ke pelayannya. Langsung mereka minta maaf dan makanan bude dibawa lagi ke dapur dan mereka menawarkan jenis makanan yang lain di menu. Berkali-kali mereka minta maaf dan kami diberikan makanan penutup gratis. Rasanya hal ini belum pernah kejadian di Indonesia. Pernah kami makan bersama kenalan orang Ceko di salah satu kafe di Ratu Plaza dan makanan yang dipesan teman dari Ceko ini rasanya agak basi, tapi walaupun begitu mereka tidak pernah menawarkan kompensasi, apakah itu berupa kopi gratis atau es krim gratis kepada kami. Bude juga ingat waktu makan malam di Hanoi beberapa tahun lalu dan salah satu makanan kami tidak enak, dan pemiliknya yang orang Australia langsung minta maaf dan kami tidak perlu bayar sama sekali seluruh makan malam kami di sana! Hebat kan pelayanan yang diberikan di negara lain?

Hari berikutnya kami bertemu dengan panitia Festival Film Hak-hak Asasi Manusia yang akan diadakan pada bulan Agustus tahun ini di Santiago del Estero di Argentina dan mereka minta kami untuk mengikutsertakan film dokumenter kami ’TERLENA – Breaking of a Nation’. Setelah itu kami memutuskan untuk jalan-jalan ke kebun binatang. Kami berdua memang senang jalan-jalan sambil lihat binatang, jadi kemanapun selalu kami usahakan untuk mengunjungi kebun binatangnya. Di kebun binatang yang luas di Buenos Aires ini ternyata banyak hewan-hewan yang asik-asik. Selain luas, kebun binatang ini juga memberikan tempat/kandang yang luas kepada binatang-binatangnya. Favorit bude Ocie dan oom Andre adalah beruang, badak putih dari Afrika, dan kuda nil. Kami duduk-duduk cukup lama di depan kandang badak putih. Mengagumkan sekali bahwa dalam setengah jam kami duduk disana badak putih itu tidak bergerak sama sekali! Untuk anak-anak, ada banyak pertunjukan khusus untuk pendidikan. Harga tiketnya berbeda kalau mau melihat pertunjukan khusus ini. Sayang bude lupa berapa ya harga tiketnya. Kalau tidak salah, untuk orang dewasa, 6 pesos Argentina (atau sama dengan 2 dolar Amerika).

Belum puas jalan kaki di kebun binatang, oom Andre ngajak jalan terus ke Jardin Japones, atau Taman Jepang. Dengan tiket masuk hanya 3 pesos (sama dengan 1 dolar), kami bisa jalan-jalan di taman yang disumbangkan oleh pemerintah Jepang ini. Desain taman Jepang sangat berbeda dengan desain taman yang lain, mereka banyak menggabungkan unsur tanah dan air, dan selalu ada jembatan-jembatan dengan desain khas Jepang. Sangat menentramkan bisa jalan-jalan di sini.

Tentu saja kami mencoba makanan Jepang yang ada di restoran disana. Kualitasnya bagus dan enak. Mirip dengan yang pernah bude rasakan di Tokyo beberapa tahun lalu.

Oh ya pulang dari Taman Jepang, kami mencoba naik bis kota. Wah, ternyata enak juga, bisa lihat-lihat kotanya dengan lebih leluasa. Akhirnya bis merupakan salah satu angkutan umum yang banyak kami gunakan di Buenos Aires. Murah dan nyaman sekali.

Sekian dulu ya, nanti bude lanjutkan dengan cerita selanjutnya dari Argentina.

Peluk dan cium sayang,

Bude Ocie

No comments: