Thursday, March 29, 2007

Kehidupan Budaya di Buenos Aires

Yang tersayang Adna dan Ilham,

Bude lanjutkan cerita dari Buenos Aires dengan kehidupan budayanya yang sangat intensif.

Orang Argentina yang tinggal di Buenos Aires sangat senang mengunjungi bioskop, teater atau pertunjukan apapun yang ada disana. Mereka orang yang sangat cinta kehidupan dan sangat menikmatinya. Walaupun musim dingin, mereka tetap disiplin antri di luar gedung untuk masuk ke bioskop atau gedung teater. Bahkan anak-anak kecilpun ikut antri untuk menonton film anak-anak.

Suatu hari sepulang dari jalan-jalan ke Tigre, kami tidak langsung kembali ke hotel, tapi langsung pergi ke Bioskop Lorca untuk menonton film ’La vida es un milagro’ atau artinya ’Hidup adalah mukjizat’ dengan sutradara dari Serbia, Emir Kusturica. Sutradara ini adalah salah satu favoritnya oom Andre. Kalau bude Ocie sih baru pertama kali ini lihat film yang disutradarainya karena kita di Indonesia jarang sekali diputar film-film dari sutradara kelas dunia seperti Kusturica. Film ini sangat menarik dan unik. Walaupun filmnya cukup panjang, 155 menit, tapi karena ceritanya sangat menarik dan pengambilan gambarnya bagus, tidak terasa lama. Warga Buenos Aires sangat menghargai karya seni, jadi walaupun filmnya diputar jam 10 malam, bioskopnya tetap saja penuh dan orang masih rela mengantri untuk pertunjukan yang lewat tengah malam. Bayangkan, jam 1 pagi di kota ini kelihatannya masih seperti jam 8 malam kalau di Jakarta, padahal bukan akhir minggu lho. Orang masih ramai sekali berlalu lalang, antri masuk ke bioskop, antri masuk teater, kafe-kafe juga penuh dengan orang yang sekedar cari kopi panas, atau makanan penutup, atau hanya untuk bertemu teman-teman. Rasanya kota ini tidak pernah tidur.

Oh ya, ada hal yang unik di kota Buenos Aires ini. Di kota ini orang bisa buang sampah sembarangan saja, tapi kelihatannya memang sengaja tidak dibersihkan sepanjang hari. Kata teman yang tinggal disana, kota ini dibersihkan pada saat subuh, dengan menyentorkan air dari selang yang biasa dipakai untuk pemadam kebakaran dan airnya akan menghanyutkan semua sampah itu. Memang kalau kita bangun pagi dan jalan keluar hotel untuk jalan-jalan pagi, kota ini terasa bersih dan segar. Nggak heran ya, wong disentor air....

Banyak orang bilang, kita belum bisa bilang sudah pernah ke Buenos Aires kalau belum pernah singgah di tempat yang namanya La Boca. La Boca adalah sebuah tempat pelabuhan lama yang dulunya sangat terkenal sebagai tempat tinggal orang imigran. Namun sekarang tempat ini digunakan sebagai tempat orang-orang dari Buenos Aires dan turis-turis berkumpul untuk menikmati tarian tango, musik Milonga (musik balada dari Argentina dan Uruguay), lukisan-lukisan orang menari tango dan aneka rupa kesenian yang lain. Jalan utamanya dinamakan Caminito, dan jalan ini dengan bangunan dipojoknya dan bangunan-bangunan yang berwarna-warni disana sangat terkenal ke seluruh penjuru dunia. Sekarang ini bangunan yang ada di pojok itu adalah sebuah toko yang menyediakan aneka macam kerajinan tangan. Di beberapa tempat terbuka, kita bisa menikmati tarian-tarian tango secara gratis. Pada akhir acara mereka akan minta sumbangan cuma-cuma tapi kalau tidak memberi juga tidak apa-apa. Rasanya tarian yang dimainkan di lapangan terbuka ini lebih ekspresif daripada yang dimainkan di panggung. Hiburan murah yang bisa dinikmati warga Buenos Aires maupun turis-turis di akhir minggu.

Selain menonton tarian tango, ada pula restoran yang juga menyediakan suguhan tarian tango di dekat meja-meja pengunjung; nantinya pengunjung akan ditawari untuk belajar menari atau langsung menari bersama penari tango yang asli. Waktu bude Ocie dan oom Andre disana, ada pertunjukan menarik dari seorang turis muda dari Jepang yang awalnya sangat kaku untuk menari, tapi pada akhirnya dengan bimbingan penari asli yang ganteng itu jadi bisa juga nari tango... Sebetulnya ingin juga belajar menari tango tapi oom Andre tidak mau. Ya sudah nanti saja lain kali ya...

Setelah puas menikmati tari-tarian tango, musik Milonga, musik balada dan lukisan-lukisan di sana, kami kembali ke pusat kota Buenos Aires naik bis kota. Kami harus mengejar waktu karena kami sudah punya karcis untuk pertunjukan drama musikal ’El Hombre de la Mancha’ di Teatro Nacional. Orang sudah antri dijalanan ketika kami tiba di sana, tapi mereka sangat tertib, tidak ada yang dorong mendorong dan bikin ribut. Karena sudah ada nomor tempat duduk (tidak seperti kalau pergi ke bioskop), akhirnya kami pergi makan malam dulu sebelum melihat pertunjukan drama musikal ini. Di sekitar teater banyak sekali restoran-restoran yang buka sampai dini hari, tapi jarang sekali bude ketemu dengan restoran siap saji (fast food) seperti di Jakarta. Kebanyakan restoran atau kafe yang memiliki keunikan sendiri sehingga pengunjung bisa memilih ingin makan apa, makanan Italia, makanan Cina, Rusia, Jepang, Jerman, atau yang khas Argentina. Argentina terkenal dengan daging sapinya yang termasuk salah satu yang paling baik di dunia. Di sini kalau kita order steak, maka yang datang pasti dengan porsi besar sekali, padahal harganya paling hanya 10 peso saja! Porsi steak yang ada di Jakarta sangat kecil kalau dibandingkan dengan porsi disini tapi harganya bisa lebih mahal 3 kali lipat!

Pertunjukan kali ini adalah dalam rangka 100 tahun Don Quijote yang sangat terkenal itu. Mas Adna dan adek Ilham pernah dengar cerita tentang Don Quijote? Don Quijote atau Don Quixote de la Mancha adalah sebuah novel yang ditulis oleh novelis Spanyol Miguel de Cervantes Saavedra. Cerita singkatnya sih begini: Alonso Quixano adalah seorang tuan tanah yang sudah membaca banyak sekali cerita tentang kesatriaan sehingga dia berfantasi bahwa dia adalah seorang ksatria dengan nama Don Quixote dari La Mancha. Dalam fantasinya, dia bersama sahabatnya Sancho Panza, dia pergi untuk menyelamatkan pujaan hatinya Dulcinea del Toboso yang berasal dari kampung tetangga. Novel ini termasuk salah satu karya fiksi yang paling berpengaruh dalam literatur barat modern. Nanti kalau sudah besar, mas dan adek baca novel ini ya?

Dengan didukung penyanyi-penyanyi terkemuka, pertunjukan ini sangat sukses. Sudah lama rasanya tidak melihat pertunjukan drama musikal. Di Jakarta, rasanya jarang sekali kita bisa menonton pertunjukan berkualitas seperti ini. Di Buenos Aires, kegiatan seni ini selalu ada, bergantian, dan jarang sekali ada waktu kosong dimana tidak ada kegiatan seni di kota ini. Selalu ada. Warganya memang menuntut adanya aktivitas seni yang terus menerus. Mereka haus akan segala bentuk kegiatan seni. Bisa dilihat dari selalu penuhnya teater, opera, konser, ataupun bioskop dengan orang yang antri walaupun sampai dini hari.

Di malam yang lain kami sengaja naik taksi ke sebuah kompleks bioskop, namanya Arteplex, yang letaknya di pinggir kota. Kompleks bioskop ini, sesuai dengan namanya, hanya memutarkan film-film seni, yang kebanyakan bukan berasal dari Hollywood. Malam itu kami nonton ’Gente di Roma’ atau ’Orang-orang Roma’ yang disutradarai oleh Ettore Scola yang berasal dari Italia. Filmnya lucu sekali, walaupun bude Ocie belum fasih berbahasa Spanyol dan filmnya berbahasa Italia, tapi bisa menangkap kelucuan dari film ini. Film ini menggambarkan kehidupan orang-orang di kota Roma yang sangat beraneka ragam. Banyak tempat-tempat di film ini yang mengingatkan Bude waktu berkunjung ke sana.

Seperti yang sudah bude ceritakan sebelumnya bahwa warga Buenos Aires sangat menyukai kehidupan malam. Malam hari bagi mereka adalah waktunya untuk bersosialisasi. Bahkan di pinggiran kota seperti malam ini, mereka yang datang ke Arteplex masih sangat banyak, walaupun pada waktu film selesai, jasa pelayanan metro sudah tidak ada. Metro hanya ada sampai pukul 11:30 malam. Karena belum makan malam, maka kami mampir di Pizzaria di dekat Arteplex. Waduh, ternyata masih penuh saja pengunjungnya. Pizzaria ini bukan seperti restoran pizza yang ada di Jakarta, mereka dimiliki oleh orang yang datang dari Italia dan kokinya juga imigran dari Italia. Masakannya enak dan cepat disajikan. Pelayannya ramah walaupun hari itu sudah lewat tengah malam. Pengunjung yang datang masih banyak termasuk keluarga dengan beberapa anak kecilnya. Memang orang Buenos Aires betul-betul orang yang hidupnya di malam hari.

Hari berikutnya oom Andre harus mengambil photo-photo dari kota Buenos Aires ini. Jadi hari ini kami berkeliling kota hanya untuk sesi pengambilan photo. Sebelumnya kami hanya membawa kamera digital saja, tapi kali ini oom Andre membawa kamera profesionalnya karena photo-photo dari sini akan dikirim ke Republik Ceko untuk majalah Koktejl. Kami mulai dari Jalan Corrientes yang kebetulan dekat sekali dengan hotel dimana kami tinggal. Jalan ini cukup panjang dan penuh dengan teater, bioskop, restoran dan toko-toko maupun hotel. Sepanjang hari rasanya kehidupan di jalan ini tidak pernah berhenti. Setelah puas ambil gambar disini, kami melanjutkan dengan naik bis ke pemakaman umum Recoletta, dimana terdapat makam Eva Peron, mantan istri presiden Juan Peron. Kalau kita bicara pemakaman, maka kompleks pemakaman yang ini sangatlah berbeda dengan kebanyakan pemakaman umum yang ada di Indonesia. Di sini, setiap makam atau beberapa makam menempati ruangan tersendiri. Masing-masing makam terbuat dari marmer. Rumah-rumah kecil ini sangat terurus, dan bahkan beberapa ada yang sangat mewah. Marmer-marmernya kelihatan sangat mewah dan mahal. Jadi suasana makamnya tidak menakutkan sama sekali. Mungkin takut juga sih kalau kesananya malam hari... Herannya orang di Republik Ceko sangat suka dengan cerita dan photo-photo makam seperti ini. Beberapa bulan lalu, oom Andre juga pergi ke Manila dan kondisi pemakamannya juga hampir mirip, walaupun di sini lebih mewah daripada yang di Manila. Bedanya juga yang di Manila, kita bisa berkaraoke dan makan malam bersama keluarga yang mengunjungi makam kerabatnya. Bayangkan berkaraoke di pemakaman, aneh juga kan?

Sesi pemotretan kami lanjutkan dengan Design Center yang terletak tidak jauh dari kompleks pemakaman ini dan juga hanya kurang lebih 1 blok dari salah satu gereja tertua di Buenos Aires. Design Center disini sangat berbeda dengan yang ada di Jakarta. Bangunannya sangat keren dan toko-toko yang ada menyediakan barang-barang unik yang jarang kita peroleh di toko lain dan harganya pun wajar. Kalau di Jakarta Design Center, belum apa-apa kita sudah ngeri lihat harga yang sangat mahal, tapi kalau di Recoletta Design Center ini kita malah diajak untuk mengapresiasi seni pembuatan barang-barang dan material untuk desain dan sangat mungkin untuk direalisasikan. Ada juga beberapa barang kerajinan dari Indonesia, terutama anyaman dan patung-patung. Rasanya bangga juga lihat ada barang kita disana, tapi kok hanya sedikit sekali ya? Favorit bude Ocie dan oom Andre adalah porselen dari Mexico yang warna warni dan dengan lukisan khas Mexico. Kalau saja tidak ingat bahwa bawanya sulit dan berat, rasanya sih ingin beli juga... Kebayang bisa dipake untuk keramik di dapur atau di ruang makan.... hmmm...

Sampai disini dulu ya cerita bude.

Salam sayang,

Bude Ocie

No comments: